Laman

Jumat, 24 Juni 2011

Wonderground by Nafka

Wonderground by Nafka, 2nd Chance to be Better adalah sebuah Pameran Prototype
Responsible Lifestyle Products + Artwork yang digelar baru-baru ini di Danes Art Veranda,
jl. Hayam Wuruk 159 Denpasar, Bali pada tgl. 4-10 Juni 2011. Kegiatan ini adalah 'angin segar' yang ditiupkan oleh teman-teman di Bali yang memberikan ruang kepada para desainer untuk berekplorasi dalam mendesain produk yang bersifat environmental-social friendly.
Wonderground sendiri adalah bukan sekadar sebuah pameran produk, jika makna harafiahnya berarti keindahan dan inspirasi yang memijak bumi, ini adalah upaya eksplorasi dan eksperimentasi dalam menawarkan produk-produk yang melekatkan estetika desain, fungsi dan kualitas dari sebuah proses yang menggabungkan community development dan kesadaran lingkungan. Wonderground adalah pameran karya prototype oleh desainer dan artis dari berbagai latar yang kelak akan dilabeli konsep merk Nafka.
Sedangkan Nafka adalah sebuah merk/brand yang merupakan laboratorium bagi pengembangan dan pembelajaran sustainable design. Prinsip environmental-social friendly menjadi mesin yang digerakan oleh kolaborasi jaringan desainer dan seniman bersama perajin dan UKM menciptakan responsible lifestyle product.
Umacab - laci kabinet dari majalah bekas kreasi Aty Budiman
Fitorio Wibowo dan Smile Stool dari limbah kayu
Baju Barbie dari kain sisa kreasi Putu Restiti


BeeStation dari kayu bekas peti kemas kreasi Irwan Ahmett
Adi busana dari kain perca kreasi Ika
Tissue Tempo Doeloe alias saputangan kreasi Indah Esjepe
MatangoLamp dari limbah kaca kreasi Desain9
Mirror Mirror on the Wall-Bingkai dari daun jendela bekas kreasi Ayip
Kid's dream lamp dari limbah kain polyester kreasi Venny Lidyawati
Bagstronout - tote bag dari karung bekas kreasi Mones
Responsible lifestyle yang menjadi area bermain Nafka mensyaratkan penggunaan materi limbah atau
organic, selain itu proses dan manajemen produksi juga menggunakan prinsip fair trade, menghindari penggunaan energi dan produksi karbon berlebih.

Kolaborasi yang diciptakan Nafka lebih dari sekadar hubungan pembuat desain dan pelaksana produksi, kedua pihak akan saling berbagi dan melengkapi. Desainer bertugas mengeksplorasi material, desain dan pasar yang didiskusikan bersama artisan untuk dapat memroduksi produk dengan teknis tingkat kesulitan dan kualitas yang disyaratkan dalam serangkaian aktifitas manajemen produksi. Kelak, model kolaborasi ini akan menjadi pembelajaran dan model pengembangan yang dapat diduplikasi dan diterapkan di berbagai tempat.

Melalui jaringan desainer ini Nafka berencana memiliki sebuah design institute yang siap menjadi wahana bertukar pengalaman dan pengetahuan antar desainer maupun artisan. Prinsip Nafka Design Institute berkonsentrasi pada transformasi informasi dan edukasi bagi desainer dan artisan yang meminati pengembangan produk dengan mengedepankan community development, desain publik dan semangat fair trade.

Nafka memilih mengkhusus dalam pengembangan responsible lifestyle product yang diciptakannya dengan mengajak kalangan desainer dan artisan memaknai istilah design for impact yang menjadi tuntutan dalam kontribusi penciptaan kehidupan sosial, lingkungan dan ekonomi yang lebih baik di negeri ini.

Pameran ini diikuti oleh:
1.    Tegep Octaviansyah, Desainer Produk-Bandung
2.    Safianto, Arsitek-Bali
3.    Aty Budiman, Desainer Interior-Bali
4.    Iqbal Rekarupa, Desainer Grafis-Jogjakarta
5.    Achmad Sopandi, Perupa-Jakarta
6.    Indah Esjepe, Desainer Grafis-Jakarta
7.    Fitorio Leksono, Desainer Produk-Bali
8.    Ayip, Desainer Grafis-Bali
9.    Desain 9, Desainer Interior-Bali
10.  Irwan Ahmett, Desainer Grafis-Jakarta
11.  DP Arsa, Desainer Grafis-Bali
12.  Putu Restiti, Bali
13.  Alma + Roy, Bali
14.  Monez, Desainer Grafis-Bali
15.  Veny Lydiawati, Desainer Produk-Bali
16.  Emma Indrawati, organic textile activist – Jakarta
17.  Ika, fashion desainer, Bali/Hong Kong
18.  Bram Satya, desainer mebel - Yogyakarta

Pameran ini dibuka oleh David B. Berman, seorang desainer Canada yang juga penulis buku “Do Good Design”. Pada tahun 2009, David Berman ditunjuk sebagai penasihat tingkat tinggi untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang bagaimana desain dapat digunakan untuk membantu dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals).
Dimeriahkan oleh Yayasan One Dollar for Music yang menampilkan band Nostress dan anak-anak binaan program “Seeds of Hope” dalam memainkan musik dengan instrumen botol dan perkakas bekas.

Pada hari Sabtu 4 Juni Pukul 16:00 - 18:00 WIta juga diselenggarakan workshop musik dengan menggunakan instrumen bahan bekas yang diikuti oleh sekitar 15 anak dari Panti Asuhan "Seeds of Hope" (Dalung) yang akan dibimbing oleh tim One Dollar for Music.

Saat ini acara pameran memang telah berakhir, tapi semoga ini akan menjadi awal bangkitnya semangat melakukan dan menyebarkan ‘kebaikan’ melalui desain.

Go Nafka!

Rabu, 01 Juni 2011

Minggu Inspiratifku

Sebelum saya posting artikel tentang Wonderground Project, saya ingin berbagi cerita dulu tentang beberapa peristiwa yang terjadi di minggu terakhir bulan Mei 2011 ya :)

Buat saya, minggu kemarin adalah minggu yang penuh inspirasi dan kreatifitas. Dimulai dari produksi prototipe desain saputangan dan kain bungkisan baru yang akan saya bawa untuk berpameran di Bali, meskipun sempat tertunda karena sibuk ini-itu dan sedikit kurang enak badan, akhirnya bisa selesai dan dikirim tepat waktu.

Lalu, di minggu yang sama, tepatnya 27/05/2011, acara David Berman Scopa Seminar digelar di Fx-Senayan. Acara ini digagas oleh teman-teman desainer dan periklanan di Jakarta, Jogja dan Bali. Yang menyenangkan dari acara ini adalah kesempatan untuk bertemu dengan banyak teman desainer grafis selain tentu saja bisa bertatap muka dan sedikit bincang-bincang dengan sang pembicara, David "do good" Berman, desainer asal Kanada yang aktif mengajak kalangan desainer dan periklanan untuk mau meluangkan 10% saja dari waktunya untuk melakukan kebaikan dengan menggunakan talenta yang kita miliki.
David "Do Good" Berman beraksi di Fx Life Style - Jakarta
Well, sebenarnya saya setuju dengan komentar seorang teman, bahwa ajakan David untuk melakukan do good sebenarnya adalah ajaran dasar dari setiap agama dan otomatis sepanjang hidupnya manusia wajib melakukan do good. Tapi kegigihan David mengajak dan menginspirasi orang untuk berbuat baik patut mendapat apresiasi. Semoga semangat ini terus menginspirasi kami, para desainer, untuk bertindak do good sehingga suatu hari bisa menjadi sebuah gerakan yang berdaya memperbaiki kondisi negeri ini.
Di acara ini pula, diluncurkan kegiatan yang diberi nama Gitu Dong. Ini adalah kegiatan untuk memberikan penghargaan sederhana kepada sesama manusia dari siapa saja. Intinya, semua orang berhak memberi dan menerima penghargaan Gitu Dong. Penghargaan bisa diberikan dalam bentuk stiker bergambar jempol yang dapat diunduh di aikon.org/doGOOD.
Yang bikin aku bangga juga adalah, panamaan Gitu Dong dicetuskan oleh suamiku (ehem...) Iwan Esjepe sebagai hasil dari diskusi sore hari bersama beberapa kawan di awal persiapan program Do Good Indonesia :)

Acara seru lainnya di hari Sabtu 28/05/2011 adalah Pasar Seni "SMART DIALOGUE"  sebuah event berkala yang diadakan oleh Dia.Lo.Gue Artspace di Kemang, Jakarta. Senang banget bisa lihat produk design, karya seni, barang koleksi yang menarik dan unik. Acara ini diramaikan dengan berbagai akfitas seni, design dan live music. Karya seni yang ditampilkan: Illustrasi karya Inez Tiara, DGTMB by Eko Nugroho, Indyra Art, Kandura Keramik, perhiasan unik karya seniman seperti Aditya Novali, berbagai produk design dari Kolaborate, fashion dari Retha.
Glass coaster kreasi Trybudi Harso dari Kolaborate

Rak limbah kayu dari Kolaborate
Aneka aksesori kreasi Aditya Novali
Acara ini juga dibarengi dengan pembukaan pameran "Sweet Agony" yang menampilkan 19 seniman muda berbakat antara lain: Adi Prawira Widagdo, Andro Napitupulu, Christina Natalia , Faisal Reza, G.H.O.S.T, Harry A. Mawardi, Kupi Arif, Mufti Priyanka (Amenk), Muhamad Akbar, Panca Dz, Pritha Natasha, Recycle Experience, Saraswati Hamid, Satria T. Nugraha, Sutra Ramadhani Djarot, Theo Frids Hutabarat, Tomi Mackel Tori Nelwan, W.A.R.S, Wanara yang dikuratori oleh Rizki Zaelani dan Rifandy Priatna.

O ya, satu lagi yang bikin senang... di acara ini saya bisa belajar book binding dari Oma Anna. Asik dan seru deh pokoknya :)
Belajar book binding bersama Oma Anna
Setelah puas "cuci mata" di Dia.Lo.Gue Artspace, kami pindah ke acara lain di Gedung 28, masih Kemang, Jakarta. Acara yang satu ini masih satu rangkaian dengan kedatangan David Berman di Jakarta yaitu Do Good Indonesia bersama Universitas Bina Nusantara yang bertema Better Jakarta International workshop. Di sini adik-adik mahasiswa DKV Binus berkesempatan mem-presentasi-kan karya do good mereka di hadapan David Berman, para dosen dan komunitas desain grafis Jakarta.
Acara presentasi mahasiswa Binus
Nah, di acara sore hari itu saya bertemu dengan seorang Cecil, desainer muda yang tengah mengumpulkan dana untuk biaya melanjutkan kuliah S2-nya. Upaya yang dilakukan Cecil membuat saya kagum dan bangga. Dia menjual Blank Journal hasil karyanya, hasil dari penjualan itulah yang dijadikannya modal melanjutkan sekolah. Bila sudah terkumpul, mungkin Cecil akan tetap berjualan Blank Journal untuk membiayai orang lain bersekolah. Gitu Dong, Cecil! Semoga berhasil ya... :)
Blank Journal kreasi Cecil
Cecil dan saya :)
Bagi yang berminat membantu Cecil menggapai cita-citanya, bisa menghubungi di imelnya blankjournalproject@yahoo.co.id.

Menjelang malam, acara ditutup dengan penandatanganan manifesto Do Good Indonesia.
Isi dari manifesto itu sendiri sbb:

Paragraf 1.
Kami tergerak untuk menyatakan manifesto ini semata-mata didorong oleh keinginan yang kuat untuk berperan aktif dalam menciptakan peradaban yang lebih baik.

Paragraf 2.
Kemajuan teknologi dan ekonomi di Indonesia sering kali tidak diimbangi dengan sikap bijaksana secara sosial, budaya maupun ekologis. Kami prihatin melihat, merasakan bahkan terlibat dan kondisi ini.

Paragraf 3.
Kami sebagai insan yang diberikanNya kekuatan yang luar biasa dengan bakat dan kemampuan dalam membujuk dan mempengaruhi merasa harus dapat menggunakan karunia tersebut dengan lebih bijak. Apa yg kami punya dapat membawa berkat, namun juga dapat mendatangkan malapetaka berkepanjangan bagi planet bumi.

Paragraf 4.
dengan itikad yang tulus, kami menyepakati untuk membawa kemampuan kami untuk kebaikan bersama. Berbuat baik, berbuat baik dan berbuat baik dengan apa yang kami punya sekecil apapun itu.

Paragraf 5.
Mulai saat ini, kami bertekad untuk menjalankan bakat, kemampuan dan keahlian profesional kami. Karena kami yakin bakat dan keahlian kami akan membawa kebaikan pada planet bumi kita yang tercinta.


diluncurkan di gedungDUA8; Sabtu 28 Mei 2011


Itulah cerita saya tentang minggu akhir bulan Mei yang menyenangkan. Semoga event-event menarik seperti ini makin sering saya temui.

Hehe...


Foto oleh Iwan esjepe