Laman

Selasa, 03 Mei 2011

Esjepin Project

Kisah Kain Bungkisan

Apakah kain Bungkisan itu?
Di masa kecil saya dulu, sering melihat orang membawa barang yang dibungkus kain, entah sarung atau taplak meja. Kain itu biasanya berisi makanan atau barang sebagai oleh-oleh atau hantaran bila akan berkunjung ke rumah kerabat atau sebuah hajatan.

Sejak jaman baheula, kakek-nenek kita memang menggunakan kain sebagai pembungkus hantaran. Tapi seiring dengan majunya jaman, cara ini semakin ditinggalkan. Terutama oleh penduduk di kota-kota besar.

Sementara masyarakat di Jepang, negara super modern yang masih kuat memegang tradisi, sampai saat ini masih menggunakan kain sebagai pembungkus bingkisan, hantaran, bahkan bekal makan siang. Cara melipat kainnya pun mereka jadikan seni tersendiri.

Dan inspirasi untuk membuat dan mempopulerkan kembali kain bungkus muncul ketika melihat kebiasaan teman-teman Jepang saya di tempat kursus melukis porselen (Yak, saya pernah kursus melukis poselen. Hehe...). Saya senang dan terkagum-kagum dengan kebiasaan mereka membungkus barang-barang dengan kain, bukan dengan plastik atau kertas. Praktis dan bersahaja.
Obrolan dengan mbak Angel dan mas Hermawan Tanzil di Dia Lo Gue kembali mengingatkan saya pada ide membuat kain Bungkisan. Akhirnya, di bulan April 2011 kain Bungkisan #1 dan #2 pun selesai diproduksi.

Jadi, kain Bungkisan bukanlah barang baru. Saya namakan demikian untuk memudahkan penyebutannya saja. Kain Bungkisan berarti Kain Pembungkus Bingkisan dan Hantaran yang Ramah Lingkungan (lumayan panjang, kan?)

Memang belum sempurna betul, tapi semoga desain dan produksi kain Bungkisan selanjutnya semakin ugly, semakin lovely :) 

Hehe...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar